Rabu, 07 Maret 2012

Be My Valentine by @DayuLedys (#Craftaddict)

Disebuah taman asrama, pertengahan bulan februari. Dua ayunan tua berdecit-decit, dengan dua orang duduk dimasing-masing ayunan itu.
"Coklat?"
Seorang gadis remaja memandang heran kearah pria kurus, tinggi ,dan berkacamata disebelahnya.
"Iya... Sekarang Valentine kan?"
"Valentine?" Gadis itu masih tampak bingung sambil terus memandang batang coklat ditangannya. Ia lalu menyentuh pita yang terpasang indah dicoklat yang masih terbungkus.
"Hahahahaha ... kamu gak tau Valentine?" Tawa pria itu membahana, hingga membuat beberapa siswa asrama yang lewat memandang heran, sambil berbisik-bisik dengan teman mereka.
"Ssssttttt ...."
"Ma...maaf. Gini Valentine itu hari kasih sayang."
"Ada yaa?"
"Ada dong, tau kenapa hari ini siswi asrama cewe dan siswa asrama cowo dibebasin ketemu ditaman??"
"Karena valentine??"
"Menurutku begitu."
Pria itu lalu diam sebentar dan mengatakan sesuatu yang tak akan mungkin bisa dilupakan sang gadis.
"Berjanjilah kau duduk lagi disini tahun depan."
Gadis itu terperanjat, tapi dilanjutkan dengan senyuman manis. Ia mengajukan jari kelingkingnya, begitu juga sang pria. Jari mereka terpaut menandakan sebuah janji.


***

Friska

Aku menyusuri koridor asrama lantai 2 di pertenghan bulan februari. Udara cukup sejuk hari ini, angin bertiup tidak terlalu kencang, matahari juga bersinar tak terlalu terik. Beberapa daun kering jatuh dari pohonnya, aku mencoba menggapai dan mendaptkan satu daun yang jatuh, berwarna oranye kecoklatan, warna daun kering yang begitu sempurna. Dari sini aku dapat melihat koridor asrama pria, dan biasanya saat senja koridor tempat aku berdiri kali ini akan dipenuhi siswi-siswi asramaku.
Dari tempatku aku juga bisa menoleh ke.taman, disana aku menemukan seorang pria yang mengenalkanku pada suatu hari peringatan. "Valentine"
Huh... menemuinya setahun lagi disana ?? Aku tak yakin.

"Fris, kami dengar dari siswi lain kau tak tau hari Valentine yaa?"
3 orang teman sekamarku bertanya malam itu , dengan raut wajah yang heran.
"Ya, kurasa."
"Hahahahaha, kau itu kuper, makanya tak tau hari penting begini."
"Terserahlah."

Ya, aku kuper. Tak salah memang. Tapi itu bukan salahku mereka saja yang tak mau dekat denganku. Aku juga tak terlalu membutuhkan mereka. Mereka hanya merepotkan saja. Setiap hari meminjam PRku. Kalau aku saja aku mau, aku bisa membuat mereka benci padaku.

***

Pulang sekolah, seperti biasa aku ke perpustakaan umum. Aku sedang malas kekamar, dan malas mendengar celotehan teman-teman (ya, teman kurasa) membicarakan valentine. Bunga ? Surat cinta ? Pelukan ? Ciuman ? hah membosankan.
Dan coklat .....
Aku segera membuka tasku dan mencari-cari coklat yang kemarin aku dapatkan dari pria berkacamata itu. Coklat itu masih tersimpan rapi lengkap dengan pitanya.
'Valentine, sepenting apakah?' pikirku smbil terus memandang pita pada coklat itu.

***
Hari hari terus berlalu, hingga pertengahan tahun. Saat itu sedang iburan akhir semester, dewan asrama memperbolehkan para siswa pulang. Ayah datang menjemputku, akupun tak sabar pulang dan bertemu ibu untuk menceritakan tentang Valentine. Namun ayah mengabarkan berita yang benar-benar membuatku ingin bunuh diri.
"Friska ..."
Ucap ayah sambil mengelus-elus kepalaku lembut.
"Iya."
"Ayah rasa kau harus segera tau hal ini, ibumu ..."
"Ibuu, ibu kenapa ??" Aku memasang wajah penasaranku , dan detak jantungku mulai terasa berdetak lebih cepat.
"Ibu sudah meninggalkan kita, dan besok adalah pemakamannya."
Aku terdiam. Airmata ayah juga tak tertahan. Saat itu dimobil tak seperti biasanya, aku dan ayah yang biasanya berceloteh riang sekarang hanya terdiam. Aku memandang jauh keluar jendela mobil.
'Ibuuuuuu...' aku menggumam, dan mataku tak mau berhenti mngeluarkan airmatanya.

Satu jam perjalanan akhirnya berakhir. Aku keluar dari mobil dan segera berlari ke.kamar.
Entahlah, pikiranku sekarang ini sedang ruwet, aku cuma ingin satu hal 'Bunuh diri'. Dari awal aku tiba dirumah, sampai malam ini aku hanya membahasahi bantalku dengan berliter-liter airmata. Aku rindu ibu, banyak yang ingin aku ceritakan pada ibu, banyak yang ingin aku lakukan bersamanya, dan aku juga ingin memberikannya coklat.

***

Hari ini aku sudah berpakaian terusan berwarna putih dan sepatu sandal putih. Di rambutku yang kubiarkan terurai tersemat jepitan pita berwarna hitam. Dan tanganku sudah membawa setangkai mawar putih dan sebatang coklat yang dihiasi pita putih. Disampingku sudah bersiap ayah dengan jas putihnya dan juga membawa satu buket mawar putih.
Kami lalu melangkah pelan kedepan peti ibu, ibu terlihat cantik dengan gaunnya, ia masih seperti terakhir kali aku melihatnya, tapi pipinya sedikit kurus, kata ayah ibu tak mau makan sejak kankernya semakin ganas.
Ya, ibu terkena kanker payudara, entah sejak kapan. Tapi aku baru mengetahuinya setahun yang lalu. Dan jika itu penyakit turunan, aku juga beresiko terkena kanker itu. Tak apa, aku siap.
Akhirnya tiba giliranku untuk bertemu dengan ibu untuk terakhir kali, aku meletakkan mawar putih dan batang coklatku tepat disebelah tangan ibu. Airmataku turun, menetes tepat ditangan ibu. Dan hanya satu kalimat yang bisa aku ucapkan saat itu 'Aku sayang ibu, aku ingin ibu tau tentang Valentine'

***

2 minggu berlalu, dan aku hanya menghabiskan waktu dikamar selama liburan. Ayahpun jauh lebih murung. Sering kali aku mendengar ayah menangis dikamarnya. Aku tak tega, dan aku berkata sesuatu pada ayah pagi itu. Hari terakhir liburanku.
"Ayah, aku ingin berhenti dari asrama, aku ingin sekolah disini saja. Aku ingin menemani ayah."
"Tapi asrama-mu sekolah terbaik , apa tidak sebaiknya .."
"Sebaiknya aku sekolah disini, ku mohon."
"Baiklah, menurut ayah juga begitu"
Aku tersenyum. Dan besok aku harus bersiap kembali keasrama untuk terakhir kalinya dan mengambil barang-barangku dikamar.

***

Aku sudah siap menggunakan seragamku, atasan berwarna putih dengan rok kotak2 , dan dasi senada dengan rok-ku. Tak lupa mengenakan rompi lengan panjang hitam. Rambutku kuikat tinggi-tinggi, dengan jepitan kupu-kupu merah tersemat dirambutku.
"Ayo yah, aku sudah siap."

Mobil ayah melaju tidak terlalu kencang pagi itu.  Aku tak menutup jendela mobil dan membiarkan angin membelai lembut pipiku. Aku menatap langit biru luas dan entah mengapa disana tergambar jelas wajah ibu, dia melambai kearahku, dan aku tanpa sadar melongok keluar dan ketika sinar terik matahari menyilaukanmataku wajah ibu hilang.
Aku benar-benar rindu ibu. Wanita cantik yang kuat, dan selalu menyayangiku. Bagaimana mungkin ia pergi secepat itu ? Aku bahkan berharap aku segera bangun dari mimpi buruk ini, tapi berapa kalipun aku bangun, aku tetap ada dalam dimensi yang sama.
Aku mungkin masih merasa ingin bunuh diri, tapi aku rasa jika aku bunuh diri ibu pasti sedih. Sekarang mungkin aku berharap ada kanker ganas yang menggerogoti tubuhku.

Akhirnya kami sampai diasrama, 3 orang teman sekamarku sudah menghampiriku.
"Ayo fris, kita ke kamar. Aku belum buat pr liburan kemarin."
Kata salah satu temanku, dia terlihat lebih seksi kurasa , dengan roknya yang mini sekali , dan bajunya yang lebih ketat dari 2minggu lalu.
Aku tak menjawab, dan segera bejalan agak cepat menuju kamarku. Dan ke-3temanku mengikuti dari belakang.

"Kau tidak buat PR ya fris ?? Tumben sekali"
"Aku pinndah hari ini."
"APA ??"
Ketiga temanku , kaget. Mereka memasang wajah heran.
"Kenapa ??"
"Kalian tak perlu tau" Kataku singkat sambil mengemas baju-bajuku.

"Sampai jumpa lain waktu teman-teman. Oya , tanggal 14 februari  tahun depan aku ingin kalian menaruh surat ini diayunan taman." Ucapku sambil menyerahkan sepucuk surat dengan hiasan pita.
"Baiklah. Aku sedih kau harus pergi fris."
"Sudahlah, kalian sudah saatnya belajar dan rajinlah membuat PR" aku berkata sambil menepuk pundak mereka satu persatu.
"Hati-hati fris."
Aku melangkah pelan sambil melambaikan tangan kearah mereka.
Di koridor aku menatap kearah koridor asrama pria, 'Maafkan aku pria berkacamata'

Ayah, sudah selesai mengurus berkas-berkas kepindahanku. Aku pun sudah siap meninggalkan sekolah ini yang sdah satu setengah tahun aku tinggali.
"Selamat tinggal.."
Ucapku , lalu menarik koperku dan masuk ke mobil.

***

Andreas

"Hei andreas !"
Seorang temanku menepuk pundakku agak keras.
"Bagaimana liburanmu kawan ?"
"Menyenangkan ," Ucapku sambil menunjukkan 2 game terbaru.
"Waw , kita bisa begadang malam ini, mana leo ?"
"Entahlah, lebih baik kita kekamar dulu , aku ingin merebahkan tubuhku dulu"
Aku dan seorang temanku tadi menuju kamar asrama, aku sudah tak sabar ingin rebahan lelah duduk dimobil dan aku sedikit pusing karna aku rasa aku mabuk darat.

Aku tiba dikamarku, debu tebal menempel disetiap sudut, dan dkolong tempat tidurku terdapat sarang laba-laba. 
"Kotor sekali kamar kita." Ucapku sambil mengusap meja belajar, saat aku menata buku2 pelajaranku disana. Semester ini pasti akan lebih sibuk, karena siswa kelas 2 sudah banyak yang dipercaya menghendel acara-acara sekolah. Aku juga sudah menyiapkan semuanya, bahkan aku juga sudah menyiapkan planning untuk memajukan ekstrakurikuler komputer, yang aku ketuai sejak 6bulan lalu.
"Ya, apa sebelum kau istirahat kita bersihkan ini dulu."
"Tunggu leo datang, dia juga patut bertanggung jawab. Ini semua pasti karena kita tak membersihkan kamar ini sebelum liburan."
"Baiklah."

Menunggu leo datang ternyata sangat lama, anak itu bisa saja datang sore nanti. Libur 2minggu aku yakin tak akan cukup baginya. 
Aku yang mulai bosan memutuskan untuk bertanya sesuatu pada chris. Chris adalah orang yang sejak tadi berada dikamar ini bersamaku. 
"Hei, apa kau mengenal seseorang dari asrama wanita?"
"Ah, tentu tidak. Aku kan tidak punya teman perempuan sejak awal kau kenal aku di SMP kan?"
"Yah, siapa tau saja."
"Memangnya kenapa?"
"Tidak, hanya saja aku ingin bertemu seseorang."
"Pasti orang yang kau temui di Ayunan, saat velentine kemarin." Chris tersenyum jahil kearahku.
Aku lalu melemparnya dengan bantal, dia membalasku. Aku semakin bersemngat berperang dengannya. Ditengah gelak tawa yang membahana dikamar kami, pintu kamar tiba-tiba diketuk
 "Hei teman-teman , sudah siap pesta malam ini ???"
Leo tampak berdiri dengan kopernya, dan seragamnya terlihat masih kusut, pasti belum disetrika. Ya aku tau leo tak pernah bisa mengurus dirinya,dan orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.
Aku dan chris langsung menariknya masuk kekamar, dan bersiap mengobrak-abrik tas leo. Chris menemukan dvd film-film terbaru, aku menemukan majalah-majalah game. tapi tiba-tiba leo mengeluarkan sesuatu dari kopernya.
"Ini makanan untuk pesta kita!"
"Whoaaaa ~" aku dan chris berteriak kagum melihat persiapan leo, terutama makanan yang ia bawa kali ini.
Kami benar-benar sudah siap berpesta malam ini. Pesta seperti ini selalu kita lakukan seusai liburan , karena hari pertama dan kedua seusai liburan, sekolah asrama masih dibebaskan dari kegiatan belajar mengajar, jadi besok kami masih bisa libur.

***

Malam sudah tiba. bintang-bintang tampak lebih terang dari biasanya. 
Leo dan Chris asyik menonton film sambil makan popcorn, sedangkan aku enggan bergabung. Aku memilih untuk duduk ditempat tidur yang berada tepat disebelah jendela, dari sini aku bisa melihat langit malam dengan leluasa, bulan purnama bersinar terang, bintang-bintang dengan setia menemani sang bulan. Tapi suasana seperti ini malah mengingatkanku pada seseorang yang beberapa bulan lalu ku kenal, tepat dipertengahan februari , diayunan taman asrama. Untuk pertama kalinya aku melakukan hal aneh, coklat yang sebenarnya aku persiapkan untuk kakak senior cantik idolaku , dengan mudahnya aku menyerahkan coklat itu untuk cewek yang baru aku temui. Dan lucunya cewek itu tidak tau apa itu Valentine.
Apa maksud semua itu yaa??

"Hei, andreas ! ayo bergabung , leo akan berbagi cerita serunya."
Aku, meskipun enggan mulai turun dari tempat tidurku dan ikut bergabung dengan mereka berdua. Aku mengambil snack yang dibawa leo, dan melahapnya, dan tidak terlalu mendengarkan cerita leo. Pikiranku masih menerawang jauh, aku ingin bertemu lagi dengan cewek itu.

***

akhirnya valentine datang lagi. Aku sudah beersiap diayunan tempat aku dan siswi asrama cewek itu pertama kali bertemu. Aku harus tau namanya, aku ingin tau  banyak hal tentangnya. Entah mengapa aku begitu penasaran dengan cewek itu .
Chris dan leo sudah berkeliaran entah kemana, aku tak melihatnya sejak aku membuka mataku tadi pagi.
Baru sekitar 5 menit aku berayun-ayun, 3 orang siswi asrama cewek mwnghampiriku. Yang satu berseragam begitu mini, yang satu tomboy, dan satunya lagi dengan kacamatanya yang tebal sepertinya dia kutu buku. Siswi yang berpakaian super mini menyerahkan sebuah surat. "Ini dari friska, kami yakin kau orang yang dimaksud olehnya."
"Friska ??" Tanyaku heran.
"Iya , kau tidak tau friska? kau menunggu seseorang kan?"
"Tapi aku tak tau nama orang yang aku tunggu."
"Kami yakin itu friska." Ucap gadis berkacamata. Lalu berbalik badan meninggalkanku. Hal yang sama juga dilakukan oleh kedua temannyan yang lain.

Aku membuka surat itu lalu membaca isinya perlahan.

Hei...
Kau pasti sedang berayun sekarang, pria berkacamata. hahaha ...
Kau menugguku? Aku harap iya :)
Maaf, aku tidak bisa menepati janjiku. Saat kau membaca surat ini aku sudah tak sekolah disini lagi ...
Aku menemani ayah , jadi aku memutuskan pindah sekolah saja.

Sekarang kau sudah kelas tiga yaa ...
Aku juga :D
Entahlah, walau aku tak tau namamu, dan aku hanya bertemu denganmu selama 30 menit tahun lalu, tapi aku begitu penasaran dan ingin bertemu denganmu lagi.

Terima kasih sudah memberi tahuku tentang Valentine.
Hmmm, selamat Valentine.
Coklatmu enak juga, aku membaginya dengan ayah. 
Tak apa kan ? :9
Hahahahahah .... XD                      

  Friska

Oke gadis itu sukses membuatku semakin penasaran.

***


Kelulusan.
Semua siswa asrama cewek dan cowok sudah berkumpul dalam aula. Sudah siap berpisah dengan para guru.
Aku leo dan chris duduk berdampingan. Setiap kursi sudah berisi nama masing-masing siswa yang duduk di kursi tersebut. Dan yang paling tak kusangka, kursi Friska tepat berada disampingku.
 Ternyata dia mendaftar satu nomer sebelumku, sayang sekali aku tak melihatnya waktu itu. Awal aku masuk keasrama ini.

Kepala sekolah, sudah selesai dengan pidatonya, sekarang saatnya pengambilan ijasah. Semua siswa dan siswi sudah bersiap mengambil ijasah mereka, kami berbaris menuju meja wakil kepala sekolah di depan panggung. Semua terlihat bahagia, sepertinya tahun ini semua lulus. Setelah mengambil ijasah semua siswa menuju taman asrama untuk sekedar mengucapkan kata perpisahan. 
Aku sendiri berjalan pelan menuju ayunan yang berisi kenangan. Saat pertama kali aku melihat Friska. Pertemuan singkat dipertengahan februari yang tak bisa aku lupakan.
Friska dimana kau sekarang?
Aku menatap langit sore berwarna jingga nan indah, aku berayun di ayunan ini , dari suaranya yang berdecit , aku tau ayunan ini sudah sangat.
Selamat tinggal asrama ....

***

Friska & Andreas 

Sudah 5 tahun berlalu sejak kelulusan siswa siswa asrama. Pertengahan Februari.
Tapi ada seorang wanita dengan terusan berwarna hitam, dengan hiasan renda berwarna merah, dan hiasan pita bermotif kotak-kotak berwarna merah yang indah. Rambutnya yang panjang tergerai indah. Dengan menenteng tas berwarna hitam yang anggun. 
Saat ituu hari sudah sore, langit senja terlihat lebih indah. Angin berhembus pelan, begitu sejuk. Dan daun2 ada yang berguguran. Sepertinya ia menunggu seseorang, yang dia sendiri tak tau orang yang ia tunggu akan datang atau tidak. Sambil menikmati angin sore dan langit senja yang mempesona ia berayun disebuah ayunan tua, yang suara decitannya agak keras, tapi sepertinya wanita itu menikmatinya, terlihat dari senyum kecilnya. Ia terus menunggu meski tak yakin, tapi ia harap seseorang yang ia tunggu datang.

Tapi sepertinya harapan wanita itu terjawab dengan hadirnya seorang pria bertubuh tinggi dan berkacamata. Dengan celana panjang dan hoodienya yang berwarna hitam ia tampak begitu cool.
"Friska ?" Ucap pria itu dengan mata berbinar.
"Kau, pria ber-"
"Andreas." Pria itu mengulurkan tangannya. Dan sang wanita menyambutnya dengan senyumnya yang merekah. 

Mereka berdua ber-ayun, meski suara berdecit dari ayunan itu mungkin sudah mulai mengganggu pendengaran mereka.
"Aku tak menyangka kita bisa bertemu." 
"Aku rasa ini takdir." Ucap wanita itu singkat.
"Tuhan memang berkehendak."
"Maksudmu?"
Pria itu terdiam sejenak lalu ia memetik sebuah mawar merah yang tumbuh ditaman asrama.
"Maaf, aku tak bisa berbasa-basi.  Aku ingin kau menjadi pacarku."
"Tapi ..." Wanita itu tampak begitu kaget.
"Aku tau, aku pasti terlalu cepat memutuskan tentang perasaanku ini, tapi semenjak awal kita bertemu aku tak bisa lupa denganmu, walaupun kita hanya sesaat bertemu."
Wanita itu mulai sedikit berkaca-kaca.
"Tau kah kau? Aku datang kesini setiap tahun, dihari tanggal dan bulan yang sama. Perasaanku ..."
Air mata mulai jatuh tetes demi tetes. Pria itu lalu memeluk sang wanita, membelai rambut wanita itu pelan. 
"Perasaanmu ??" 
"Perasaanku sama denganmu."
Mendadak pelukan pria itu menjadi lebih erat. Dan ia benar-benar ingin mengenal wanita yang sudah ia tunggu sejak lama ini lebih jauh lagi.
"Terima kasih. Selamat Valentine sayang..."
Wanita itu melepaskan pelukannya, lalu menatap pria didepanya lekat-lekat.
"Terima kasih, telah memberiku arti Valentine lebih dari siapapun."

Angin berhembus pelan, namun daun-daun semakin banyak yang berguguran. Langit senja semakin indah dengan gradasi warnanya. Burung nampak berterbangan kembali kesarang mereka. 
Dan siapa sangka , sore itu dipertengahan bulan februari sepasang manusia, telah dipertemukan kembali. Sebuah penantian cinta yang tak sia-sia. Dengan keyakinan dan perasaan mereka yang tak bisa lagi berubah oleh waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar